Kamis, 16 Juni 2011

Bulog Kesulitan Serap Gabah dari Petani

TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan bahwa sebagian besar mitra Bulog untuk penyerapan beras banyak yang berhenti. Alasannya, mitra Bulog kesulitan mendapatkan gabah dari petani akibat kekurangan produksi.

"Seperti di Karawang, sekitar 40 persen pemasukan beras tidak lagi dari mitra, tapi langsung dari UPGB (Unit Pengolahan Gabah dan Beras) Bulog. Di daerah-daerah lain juga begitu," ujar Sutarto saat dihubungi Tempo, Kamis, 16 Juni 2011.

Beberapa kali mengunjungi daerah, Sutarto menemui gangguan produksi pada tanaman padi, seperti di Solo, Lamongan, dan Bojonegoro. Meski begitu, sejak Januari hingga hari ini, Bulog telah menyerap 1,2 juta ton beras dari petani.

"Kalau dengan kontrak, total serapan mencapai 1,3 juta ton beras," ujar Sutarto. Dengan begitu, stok beras yang saat ini ada di gudang Bulog sebesar 1,65 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 170 ribu ton merupakan beras dengan kualitas premium.

Penyerapan beras terbesar didapat dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, disusul dari Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Untuk menambah cadangan pemerintah, Sutarto mengaku siap menyerap seluruh beras dari program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang dilakukan sejumlah BUMN.

Sejumlah BUMN yang terlibat, antara lain PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri (SHS) yang bertugas menyediakan benih unggul. Lalu, Holding Pupuk Sriwidjaja yang menyediakan pupuk serta Perum Jasa Tirta I dan II untuk pengairan, sedangkan Perum Perhutani dan PT Inhutani yang menyediakan lahan.

Sementara itu, yang menyerap hasil produksi adalah PT Berdikari untuk komoditas jagung dan Bulog untuk menyerap produksi. "Lahan untuk beras yang akan digarap sekitar 500 ribu hektare. Kalau produktivitasnya 3 ton per hektare berarti produksi 1,5 juta ton. Kami siap serap semuanya," ujar Sutarto.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Udhoro Kasih Anggoro menyatakan bahwa program GP3K belum berjalan. Pemerintah masih menunggu evaluasi lapangan dari PT Sang Hyang Seri dan PT Perhutani selaku koordinator lapangan pihak BUMN. "Program GP3K sedang berjalan, tapi memang belum mulai penanaman. Meski terlambat tanam, target pencapaian produksi tak berkurang dan tetap sesuai target produksi," ujarnya.

Pemerintah melalui perusahaan pelat merah akan menggarap lahan seluas 570 ribu hektare. Berdasarkan perhitungan pemerintah, dengan luasan tersebut diharapkan akan menghasilkan 3,75 juta ton beras dengan asumsi tingkat produksi mencapai 6,5 juta ton per hektare.

ROSALINA

0 komentar:

Posting Komentar