Minggu, 19 Juni 2011

Mari Elka Belum Memutuskan Impor Beras

Pemerintah belum memutuskan rencana impor untuk menutupi stok tahun ini. "Stok cukup atau tidak akan diketahui pada Juli-Agustus setelah panen raya dan panen gadu," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Kamis, 16 Juni 2011. Sejauh ini, katanya, belum ada keperluan pengadaan beras impor.

Harga beras bulanan juga relatif stabil dan cenderung turun. Harga hanya naik pada Februari menjadi Rp 7.042 per kilogram. Harga rata-rata pada Mei hanya Rp 7.040 per kg. Hingga pertengahan Juni, harga sedikit naik mencapai Rp 7.107 per kilogram. "Tak perlu ada kekhawatiran apa pun," ujarnya.

Meski harus impor, stok dunia mencukupi kebutuhan Indonesia. Sebab, harga cenderung stabil dan relatif turun, khususnya beras Vietnam dan Thailand. Harga beras dunia pada Mei mencapai US$ 500,55 per ton, atau terus turun dari Januari yang US$ 528,38 per ton. "Produksi dunia lebih dari cukup," ujarnya.

Menurut Mari Elka, yang harus diwaspadai sebenarnya bukan produksi dunia, melainkan permintaan negara yang biasa mengimpor beras, seperti Filipina dan Cina. "Berdasar pantauan, produksi Filipina baik dan stok mereka cukup. Sementara ini tak ada gejolak pasar beras dunia," ujarnya.

Data beras dunia pada Mei 2011 mencapai US$ 500,55 per ton. Harga beras terus turun dari Januari 2011 yang mencapai US$ 528,38 per ton. "Jadi stok produksi beras dunia lebih dari cukup," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, yang harus diwaspadai sebenarnya bukan produksi beras dunia, melainkan permintaan beras oleh negara lain yang biasanya mengimpor beras seperti Filipina dan Cina. "Tapi, berdasarkan pantauan, produksi Filipina baik dan stok mereka cukup. Jadi, sementara ini tidak ada gejolak pasar beras dunia," kata Mari.

Perusahaan Umum Bulog kesulitan menyerap beras karena mitranya tak mendapat pasokan gabah. "Seperti di Karawang, sekitar 40 persen pemasukan beras tak lagi dari mitra, tapi dari UPGB (Unit Pengolahan Gabah dan Beras) Bulog. Di daerah lain juga begitu," kata Direktur Utama Sutarto Alimoeso kepada Tempo Rabu kemarin, 15 Juni 2011.

Saat berkunjung ke daerah, Sutarto sering menemukan gangguan produksi padi, misalnya di Solo, Lamongan, dan Bojonegoro. Namun, sejak Januari hingga kemarin, Bulog sudah menyerap 1,2 juta ton beras. "Kalau dengan kontrak total, serapan 1,3 juta ton," ujarnya.

Penyerapan terbesar dilakukan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Disusul Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Untuk menambah cadangan, Bulog siap menyerap seluruh beras dari program gerakan peningkatan produksi pangan yang dilakukan sejumlah BUMN


source   TEMPO Interaktif, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar